
Tri presar jhon tuan Hasoge Panjaitan
Senin, 26 Agustus 2013
Raja Sijorat Paraliman Panjaitan

Jumat, 23 Agustus 2013
Pesta Deklarasi Kesatuan Turunan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan dan Boru se Provinsi Sumatera Utara belangsung penuh hikmat
Raja Sijorat Paraliman Panjaitan pada masa hidupnya, beliau diangkat oleh
Raja Batak yaitu Raja Uti yang berkedudukan di Barus menjadi Raja dan
berkedudukan di Timur Raya tanah Batak nama kerajaan tersebut yaitu Kerajaan
Sijorat beristana di Lumban Tor Sitorang . Raja sijorat Paraliman Panjaitan
adalah generasi ke IV dari Raja Panjaitan, beliau menikahi empat orang isteri
yaitu br Sitorus, br Butar-butar, br Siagian dan br Hasibuan, dari keempat
orang isterinya Tuhan menganugerahkan 12 putranya yakni : 1.Tahi Sumodung, 2.
Pu Gani, 3. Sidikkan, 4.Raja Sosipaboaon ( Guru sinitta), 5.Pu Botul, 6.Pu
Hajuruan, 7.Raja Gumiang. 8.Pu Langgam, 9.Pu Ningoluan, 10.Raja Indangon, 11.Pu
Bindu, 12.Pu Samuana, dan empat putrinya yakni 1.Alitlo br panjaitan menikah kepada
Hutabarat, 2.Pitta omas br Panjaitan menikah kepada Nainggolan Parhusip,
3.Siboru pareme br Panjaitan menikah kepada Manurung dan Silaban,4.SiSampulu br
Panjaitan menikah kepada Nainggolan Batuara.
Kerajaan Sijorat yang dipimpin Raja Sijorat Paraliman Panjaitan sampai ke
Raja sijorat ke V yaitu Pahutar Panjaitan kehidupan rakyatnya sangan tertib dan
penuh kekeluargaan hidup bergotongroyong penuh kedamaian bahkan dia membuka
Pasar tempat perbelanjaan bagi semua orang di pasar Sitorang yang sifatnya masih
sistem barter, mereka hidup saling harga menghargai sesuai dengan falsafah “
Dalihan Natolu “, akan tetapi dengan kedatangan bangsa penjajah maka kerajaan
Raja Sijorat mulai terusik dan mendapat tantangan sehingga mereka bersatu padu
menyerang penjajah dan dalam pertempuran bahwa Raja Sijorat ke VI dan VII mati
dalam peperangan dan akhirnya digantikan Raja Sijorat ke VIII yaitu Pun Tua
Raja Panjaitan, Pun Tua Raja ini sangat terkenal dalam Buku Laporan Perang
Batak yang disusun oleh Kapten Invantri D Dietz dari kesatuan pasukan Belanda
pada tahun 1883 , sampai terjadinya penyerahan Kekuasaan Raja-raja di Tanah
Batak kepada kekuasaan Belanda pada tahun 1908.
Mengingat perjuangan raja Sijorat VIII Pun Tua Raja Panjaitan wajarlah
diperjuangkan para turunannya kepada Presiden Repoblik Indonesia agar diangkat
menjadi Pahlawan Nasional, pada tahun 2003 Gubernur sumatera Utara sudah
mengajukan pengusulan ini kepada Presiden akan tetapi sampai sekarang belum
terwujud dan kita tidak mengetahui apa alasan tidak terwujud, maka untuk
meneruskan perjuangan ini para Turunan Raja sijorat Paraliman Panjaitan bersatu
untuk mengadakan sebuah pesta besar yang disebut dengan Pesta Deklarasi
Kesatuan Turunan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan dan boru seprovinsi Sumatera
Utara.
Pesta Deklarasi ini berlangsung pada hari selasa 20 agustus 2013 dilaksanakan di depan rumah parsaktian Raja Sijorat Paraliman Panjaitan di Desa Natolutali Lumban tor sitorang kecamatan silaen kabupaten Tobasa Provinsi Sumatera Utara, acara itu dimulai prosesi dari Desa Hutanamora diiringi musik tiup 500 kenderaan roda dua bermesin dan 150 an mobil hias dan 1 mobil proderes yg disumbangkan Kapolres Tobasa, usai prosesi dilanjutkan dengan acara menjiarahi Makam Raja Sijorat I - VIII yg terletak di desa natolutali dipimpin oleh Donald Tua Raja Panjaitan anak almarhum Raja Sijorat ke IX yaitu Raja Saidi, kemudian setelah berjiarah maka dllangsungkan Rapat Akbar yg dipimpim oleh bapak Binahar Panjaitan dan Mallatang Panjaitan, agenda rapat memilih dan menetetapkan pengurus Kesatuan Turunan raja Sijorat paraliman Panjaian dan Boru Provinsi sumatera Utara dan pengurus diberbagai Kabupaten kota yang ada di sumatera Utara, Pengurus Harian terpilih untuk Provinsi Sumatera Utara periode 2013 - 2018 Ketua Umum St ir Pandapotan Panjaitan, Wakil ketua St Drs Hitler M Panjaitan, Robert E Panjaitan SH MH, Dantor M Panjaitan SE, Panjaitan, Sekretaris Umum St Drs Gerrellus Panjaitan, Wakil Sekretaris St Drs Pinondang Panjaitan, Ir Ismail Panjaitan, St Drs JR Panjaitan, Bendahara Umum St Drs Ronald Purba MM, Wakil Bendahara St Drs J Tampubolon. Koordinator Wilayah I meliputi Medan Aceh , Binjai, Langkat, Deliserdang : Ketua : Ir Mauliate Panjaitan, Sekretaris Rasmiun Panjaitan, Koordinator Wilayah II meliputi Tebing Tinggi,Sergei, BatuBara, Asahan ,Tanjung Balai, Ketua Drs Abdul Panjaitan, sekretaris Ir Parlin Panjaitan, Koordinator Wilayah III meliputi Siantar, Simalungun, Kisaran Rantau Parapat Ketua Sarbudin Panjaitan SH MH, Sekretaris St Raja Hasoge Timbul Panjaitan, Koordinator Wilayah IV meliputi Toba dan Samosir ketua Binahar Panjaitan SE, Sekretaris St Drs Hotlan Panjaitan, Koordinator Wilayah V meliputi Tarutung, Sipahutar,dan Dolog Sanggul Ketua M Panjaitan Sekretaris L Panjaitan, Koordinator Wliayah VI meliputi Tanah Karo, Dairi, Pak-pak Aceh Singkil Ketua RM Panjaitan, Sekretaris R Panjaitan, Koordinator Wilayah VIII meliputi Labuhan Batu . Labura, Labusel ketua Kadirun Panjaitan Sekretaris Drs W Panjaitan, Koordinator Wilayah IX meliputi Sibolga , Tapteng, Tapsel, Padangsidempuan, Pulau Nias, ketua P Panjaitan Sekretaris O Panjaitan, setelah selesai rapat maka dilaksanakanlah acara Kebaktian yg dipimpin Pdt A Sitorus , selanjutnya acara Pelantikan para Pengurus dipimpin oleh Donald Tua Raja Panjaitan keluarga Almarhum Raja Sijorat IX beiau juga memberi bendera Kerajaan Raja Sijorat yg berwarana Merah Putih Hitam dan didalamnya melingkar Rantai berbentuk Tali yaitu Tali Sijorat Paraliman pada saat pemberian Bendera tersebut diiringi Lagu Kebangsaan Bangsa Batak yang berjudul O Tano Batak kemudian dilanjutkan dengan memyanyikan Lagu Kebangsaan Marga Panjaitan yg berjudul Darahku Panjaitan, dilanjutkan lagi pembacaan Janji Pengurus kemudian menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia dan Hening Cipta, usai Pelantikan para pengurus dilanjutkanlah dengan penyampaian kata-kata Sambutan dari mewakili Martibi Raja Raja dogor, Raja Sijanggut yaitu A Panjaitan (Parmalim Parbaringin) Kata Sambutan dari pemerintah setempat yaitu Kepala desa Natolutali, Kata Sambutan dari Pengurus Koordinator Wilayah disampaikan oleh Bapak Sarbudin Panjaitan SH MH, Kata Sambutan mewakili Anak rantau dari Luar Sumatera Utara disampaikan Bapak Ludin Panjaitan yg datang dari Jakarta didamping M Panjaitan dari Prov Riau, Jambi dan Papua serta Kalimantan kemudian kata sambutan mewakili penasehat disampaikan Purn Kolonel Busisa Panjaitan , dilanjutkan dengan Makan Bersama dan serentak menandatangani sebuah spaduk putih berukuran 30 meter yg berisikan tulisan dukungan tandatangan agar Raja Sijorat VIII Tua Raja Panjaitan diangkat menjadi Pahlawan Nasional kemudian ,Manortor bersama dihadiri ribuan orang turunan Raja sijorat Paraliman Panjaitan dari persada Nusantara dan undangan lainnya.
Kamis, 18 Juli 2013
Mengokohkan Kekerabatan melalui Pendeklarasian Kesatuan Turunan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan
Kekerabatan sangat penting dalam pencapaian sistem
Dalihan Na Tolu dalam bangsa Batak Toba. Untuk itu Marga Panjaitan, khususnya
Turunan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan
berusaha menggali nilai-nilai budaya yang mengandung makna dan merupakan
sejarah melalui Pembentukan Kesatuan Turunan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan dan
Boru se Provinsi Sumatera Utara yang disingkat dengan KTRSPPB .
KTRSPPB terbentuk diawali melalui rapat-rapat marga
Panjaitan dan boru diberbagai Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera
Utara Para Pengurus terpilih yaitu Ketua St Ir Pandapotan Panjaitan Sekretaris St
Drs Gerellus Panjaitan Bendahara Ronald Parulian Purba dibantu dengan Penasehat
dan Kordinator Wilayah. Usai terbentuk maka dilaksanakanlah pertemuan di
Bonapasogit dirumah Purn Kol Busisa Panjaitan di Desa Hutanamora dengan tertib Acara “ Membahas Bona Pasogit “.
Dimana dalam pembahasan tersebut
muncullah berbagai hal yang harus dikerjakan oleh pengurus KTRSPPB.seperti melanjutkan
Pemugaran Tugu Raja Sijorat Paraliman, Menciptakan/penyusunan buku tentang sejarah
perjuangan Raja Sijorat Paraliman Panjaitan I - VIII, Melanjutkan Pengusulan
Pemekaran Kecamatan Silaen, Desa Sitorang menjadi sebuah kecamatan yang disebut
dengan Kecamatan Sitorang Hutagur-gur (Kec SIGUR), mengusulkan Raja Sijorat
Paraliman Panjaitan ke VIII menjadi Pahlawan Nasional , Mendirikan Yayasan.
Marilah kita doakan kesuksesan pesta deklerasi tersebut. Horas,..........
Selasa, 16 April 2013
Bona Pasogit
Bona Pasogit
marga Panjaitan ini terletak di Sitorang I (satu) Banjar Ganjang Kecamatan
Silaen Kabupaten Tobasa Sumatera Utara. Daerah ini merupakan daerah asal marga
Panjaitan yang khususnya keturunan Sijorat Paraliman[6].
Menurut Vergouwen tanah marga ini disebut juga bona ni pinasa (tempat asal leluhur) atau bona ni pasogit (daerah leluhur). Bona Pasogit yang merupakan suatu daerah tempat tinggal nenek
moyang orang Batak Toba, yang disebut dengan desa.
Para warga desa Banjar Ganjang ini diikat oleh hubungan darah dan merupakan
turunan dari satu leluhur yaitu Raja Sijorat Paraliman. Dalam satu desa
tersebut umumnya bermukim marga Panjaitan, hanya sebagian kecil marga lain
berada dalam desa Banjar Ganjang. Dalam desa itu terdapat ruma-ruma adat Batak, Tugu marga dan Sopo, yang mendapatkan kembali perawatan
yang dilakukan para perantau yang saat ini telah bermigrasi ke berbagai daerah.
Satu diantara Sopo dan Tugu marga tersebut
merupakan milik dari keluarga marga Panjaitan keturunan Raja Hasoge Panjaitan[7],
keturunan Raja Hasoge Panjaitan ini memiliki beberapa generasi dan satu Sopo, tambak yang telah didirikan
baru-baru ini dan peninggalan-peninggalan nenek moyang seperti alat-alat tenun,
juga tongkat. Perhatian terhadap Sopo, Tambak, dan alat itu yang berada di Bona Pasogit ini semakin meningkat. Walaupun keturunan Raja Hasoge
Panjaitan ini tidak satu pun yang tinggal di Sopo itu, karena memilih tinggal di Kota Pematangsiantar dengan
alasan pekerjaan.
Keluarga
Raja Hasoge Panjaitan ini merupakan satu diantara suku bangsa Batak Toba yang
bermigrasi dari Tapanuli Utara[8]
ke kota Pematangsiantar, tepatnya di Kecamatan Siantar Sitalasari. Kota
Pematangsiantar merupakan kota yang heterogen yang memiliki suku yang berbagai,
yaitu Simalungun, Toba, Mandailing, Jawa, Melayu, Tionghoa[9].
Interaksi antar suku pun terjadi yang memungkinkan difusi kebudayaan[10]
juga terjadi. Akibatnya terjadilah kepudaran identitas lama dan menimbulkan
identitas baru. Dengan kesadaran Keluarga Panjaitan ini, sehingga mereka
berusaha menemukan kembali identitas lama, mengenal kembali bona pasogit.
Pada
era globalisasi yang saat ini terjadi, kepedulian terhadap identitas lama itu
mulai muncul. Seiring berinteraksinya masyarakat Batak Toba dengan masyarakat
lainnya, membuat suatu perubahan identitas. Perubahan identitas yang dimaksud
seperti, terjadinya pemakaian bahasa Indonesia di rumah, dan tidak lagi
mengerti tentang bahasa Batak Toba, tidak mengenal lagi asal usul marganya,
tidak lagi mengenal kekerabatan seperti hal pemanggilan terhadap keluarga telah
menggunakan bahasa Indonesia, memanggil “Bapa
Uda[11]”
dengan panggilan “Om”. Perubahan
identitas ini membuat kalangan orang tua Batak Toba berusaha agar generasi muda
tetap memahami identitas ke Batakan tersebut. Di kalangan generasi muda dalam
hal partuturan[12]
sangat banyak yang tidak paham. Bila ditanya dari mana marganya itu berasal
kebanyakan tidak mengetahuinya. Orang tua berusaha agar anaknya mengetahui hal
tersebut. Berbagai cara dilakukan orang tua agar generasi muda tidak
menghilangkan identitas ke Batakannya.
Wakil
Bupati Toba Samosir Liberty Pasaribu, juga mengatakan bahwa pembangunan di bona pasogit melalui pendirian makam
keluarga (tambak) merupakan
kepedulian dalam pelestarian budaya serta mengetahui asal-usul silsilah dan
upaya memahami budaya leluhur. Hal tersebut dituturkan saat menghadiri acara
peresmian makam keluarga Tri Medya Panjaitan (DPR-RI). Kabag Humas Toba Samosir
Arwanto H. Ginting juga mengatakan budaya
ziarah menjadi wisata makam sebagai pelestarian budaya di bona pasogit (http://humastobasa.wordpress.com).
Simanjuntak (2010:173) mengatakan nilai budaya tradisional itu masih punya
tempat dikalangan orang Batak masa kini, bahkan sebagian masih sangat kuat
kedudukannya dan mengharapkan hasil analisa yang lebih dalam tentang budaya
Batak Toba.
Hal
diatas yang mendasari peneliti untuk meneliti proses pewarisan budaya yang
dilakukan dalam keluarga Panjaitan di Pematangsiantar. Karena keluarga ini
berusaha mempertahankan identitas ke Batakannya. Selain itu juga peneliti akan
melihat seperti apa proses pewarisan budaya itu terjadi di Bona Pasogit-nya.
[1] Marga adalah kelompok
kekerabatan yang meliputi orang-orang yang mempunyai kakek bersama, atau
percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek bersama menurut
perhitungan garis patrilineal (Ihromi1980:159).
[2] Bona Pasogit merupakan kampung halaman suatu marga suku bangsa
Batak Toba, yang mana dari daerah inilah bermula kehidupan suatu keluarga Batak
Toba.
[3] Mangongkal Holi artinya menggali kembali tulang-belulang nenek
moyang(Sihombing 1986: 90).
[4] Tugu/Tambak biasanya dibangun
untuk memperingati seseorang, yaitu nenek moyang satu marga atau satu cabang
marga(Simanjuntak 2011:248)
[5]
Ruma-ruma serta sopo adalah tempat tinggal orang Batak Toba
dan tempat penyimpanan hasil-hasil dan peralatan pertanian
[6] Sijorat Paraliman adalah satu
diantar nama nenek moyang marga Panjaitan
[7] Raja Hasoge Panjaitan merupakan
nenek moyang peneliti sendiri, tujuh sampai delapan generasi ke atas ego.
[8] Tapanuli utara berada di
Sumatera Utara, dan secara umum Panjaitan berasal dari Balige Kabupaten
Tapanuli Utara Sumatera Utara. Sehingga berdirilah tugu Marga Panjaitan disana,
terletak dekat dengan Rumah Sakit Umum Balige.
[9] Kota Pematangsiantar salah satu
kota di Provinsi Sumatera Utarahttp://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Pematangsiantar
(diakses tanggal 18 Maret 2013, pukul 08.29 WIB)
[10] Difusi kebudayaa merupakan
proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu individu ke individu lainnya, dari
suatu masyarakat ke masyarakat lainnya, dari satu suku ke suku lainnya.
[12] Partuturan adalah hubungan
kekerabatan antara seseorang dengan kerabat lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)