Selasa, 16 April 2013

Bona Pasogit


Mendeskripsikan bagaimana proses pewarisan budaya berlangsung, serta apa tujuannya di lakukan  dalam keluarga Batak Toba marga[1] Panjaitan di Pematangsiantar. Proses pewarisan budaya dalam penelitian ini akan berfokus pada Bona Pasogit[2]. Alasan peneliti melakukan penelitian tentang Bona Pasogit karena peneliti melihat adanya kepedulian kembali, keluarga marga Panjaitan terhadap Bona Pasogit-nya melalui ritus-ritus adat seperti pesta Mangokal Holi[3], pendirian tambak,[4] melakukan renovasi ruma-ruma, sopo[5] dan juga berlibur. Di dalamnya ada proses  pengenalan terhadap budaya Batak Toba seperti peningalan-peninggalan nenek moyang keluarga marga Panjaitan kepada generasi muda. Keluarga marga Panjaitan melakukan hal itu setelah mengetahui keberadaan Bona Pasogit, yang telah lama ditinggalkan sejak melakukan migrasi ke Pematangsiantar.

Bona Pasogit marga Panjaitan ini terletak di Sitorang I (satu) Banjar Ganjang Kecamatan Silaen Kabupaten Tobasa Sumatera Utara. Daerah ini merupakan daerah asal marga Panjaitan yang khususnya keturunan Sijorat Paraliman[6]. Menurut Vergouwen tanah marga ini disebut juga bona ni pinasa (tempat asal leluhur) atau bona ni pasogit (daerah leluhur). Bona Pasogit yang merupakan suatu daerah tempat tinggal nenek moyang orang Batak Toba, yang disebut dengan desa. Para warga desa Banjar Ganjang ini diikat oleh hubungan darah dan merupakan turunan dari satu leluhur yaitu Raja Sijorat Paraliman. Dalam satu desa tersebut umumnya bermukim marga Panjaitan, hanya sebagian kecil marga lain berada dalam desa Banjar Ganjang. Dalam desa itu terdapat ruma-ruma adat Batak, Tugu marga dan Sopo, yang mendapatkan kembali perawatan yang dilakukan para perantau yang saat ini telah bermigrasi ke berbagai daerah. Satu diantara Sopo dan Tugu marga tersebut merupakan milik dari keluarga marga Panjaitan keturunan Raja Hasoge Panjaitan[7], keturunan Raja Hasoge Panjaitan ini memiliki beberapa generasi dan satu Sopo, tambak yang telah didirikan baru-baru ini dan peninggalan-peninggalan nenek moyang seperti alat-alat tenun, juga tongkat. Perhatian terhadap Sopo, Tambak, dan alat itu yang berada di Bona Pasogit ini semakin meningkat. Walaupun keturunan Raja Hasoge Panjaitan ini tidak satu pun yang tinggal di Sopo itu, karena memilih tinggal di Kota Pematangsiantar dengan alasan pekerjaan.

Keluarga Raja Hasoge Panjaitan ini merupakan satu diantara suku bangsa Batak Toba yang bermigrasi dari Tapanuli Utara[8] ke kota Pematangsiantar, tepatnya di Kecamatan Siantar Sitalasari. Kota Pematangsiantar merupakan kota yang heterogen yang memiliki suku yang berbagai, yaitu Simalungun, Toba, Mandailing, Jawa, Melayu, Tionghoa[9]. Interaksi antar suku pun terjadi yang memungkinkan difusi kebudayaan[10] juga terjadi. Akibatnya terjadilah kepudaran identitas lama dan menimbulkan identitas baru. Dengan kesadaran Keluarga Panjaitan ini, sehingga mereka berusaha menemukan kembali identitas lama, mengenal kembali bona pasogit.

Pada era globalisasi yang saat ini terjadi, kepedulian terhadap identitas lama itu mulai muncul. Seiring berinteraksinya masyarakat Batak Toba dengan masyarakat lainnya, membuat suatu perubahan identitas. Perubahan identitas yang dimaksud seperti, terjadinya pemakaian bahasa Indonesia di rumah, dan tidak lagi mengerti tentang bahasa Batak Toba, tidak mengenal lagi asal usul marganya, tidak lagi mengenal kekerabatan seperti hal pemanggilan terhadap keluarga telah menggunakan bahasa Indonesia, memanggil “Bapa Uda[11] dengan panggilan “Om”.  Perubahan identitas ini membuat kalangan orang tua Batak Toba berusaha agar generasi muda tetap memahami identitas ke Batakan tersebut. Di kalangan generasi muda dalam hal partuturan[12] sangat banyak yang tidak paham. Bila ditanya dari mana marganya itu berasal kebanyakan tidak mengetahuinya. Orang tua berusaha agar anaknya mengetahui hal tersebut. Berbagai cara dilakukan orang tua agar generasi muda tidak menghilangkan identitas ke Batakannya.

Wakil Bupati Toba Samosir Liberty Pasaribu, juga mengatakan bahwa pembangunan di bona pasogit melalui pendirian makam keluarga (tambak) merupakan kepedulian dalam pelestarian budaya serta mengetahui asal-usul silsilah dan upaya memahami budaya leluhur. Hal tersebut dituturkan saat menghadiri acara peresmian makam keluarga Tri Medya Panjaitan (DPR-RI). Kabag Humas Toba Samosir  Arwanto H. Ginting juga mengatakan budaya ziarah menjadi wisata makam sebagai pelestarian budaya di bona pasogit (http://humastobasa.wordpress.com). Simanjuntak (2010:173) mengatakan nilai budaya tradisional itu masih punya tempat dikalangan orang Batak masa kini, bahkan sebagian masih sangat kuat kedudukannya dan mengharapkan hasil analisa yang lebih dalam tentang budaya Batak Toba.



Hal diatas yang mendasari peneliti untuk meneliti proses pewarisan budaya yang dilakukan dalam keluarga Panjaitan di Pematangsiantar. Karena keluarga ini berusaha mempertahankan identitas ke Batakannya. Selain itu juga peneliti akan melihat seperti apa proses pewarisan budaya itu terjadi di Bona Pasogit-nya.


[1] Marga adalah kelompok kekerabatan yang meliputi orang-orang yang mempunyai kakek bersama, atau percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek bersama menurut perhitungan garis patrilineal (Ihromi1980:159).
[2] Bona Pasogit merupakan kampung halaman suatu marga suku bangsa Batak Toba, yang mana dari daerah inilah bermula kehidupan suatu keluarga Batak Toba.
[3] Mangongkal Holi artinya menggali kembali tulang-belulang nenek moyang(Sihombing 1986: 90).
[4] Tugu/Tambak biasanya dibangun untuk memperingati seseorang, yaitu nenek moyang satu marga atau satu cabang marga(Simanjuntak 2011:248)
[5] Ruma-ruma serta sopo adalah tempat tinggal orang Batak Toba dan tempat penyimpanan hasil-hasil dan peralatan pertanian
[6] Sijorat Paraliman adalah satu diantar nama nenek moyang marga Panjaitan
[7] Raja Hasoge Panjaitan merupakan nenek moyang peneliti sendiri, tujuh sampai delapan generasi ke atas ego.
[8] Tapanuli utara berada di Sumatera Utara, dan secara umum Panjaitan berasal dari Balige Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara. Sehingga berdirilah tugu Marga Panjaitan disana, terletak dekat dengan Rumah Sakit Umum Balige.
[9] Kota Pematangsiantar salah satu kota di Provinsi Sumatera Utarahttp://id.m.wikipedia.org/wiki/Kota_Pematangsiantar (diakses tanggal 18 Maret 2013, pukul 08.29 WIB)
[10] Difusi kebudayaa merupakan proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu individu ke individu lainnya, dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya, dari satu suku ke suku lainnya.
[11] Bapa Uda merupakan sebutan terhadap adik dari bapak
[12] Partuturan adalah hubungan kekerabatan antara seseorang dengan kerabat lainnya.